Pages

3.2.11

Buat Apa?

Well! Kenapa setelah gw menulis cerita sebelum post ini gw jadi jadi galau gini ya? Banyak pikiran yang berkelebat dalam pikiran gw. Segala keegoisan gw muncul. Kerelaan gw menghilang. Kejujuran pun lenyap. Gw merasa agak bodoh dengan diri gw setelah menulis cerita itu.

Entah apa yang membuat gw menulis cerita seperti itu, yang pasti gw yakin apapun keputusan si Lemot setelah itu pasti akan membahagiakan bagi si Lemot maupun si Cerdik. Hmm. I really need to meet him. Banyak yang mau gw tanyain. Mulai dari yang terlintas dalam pikiran gw sekarang (buru-buru gw catet, biar ga lupa), sampai mungkin pada saatnya ketemu akan terlintas dalam pikiran gw.

Tapi suatu hal yang pasti ga bisa gw lakuin adalah mengajak dia bertemu dan sekedar menanyakan pertanyaan konyol yang jawabannya udah pasti. Seperti yang sudah pernah gw denger, gw bukannya ga bisa cuma gw ga siap mendengar jawabannya. Kemana perginya kerelaan itu? Kenapa yang datang sekarang keegoisan? Kemana perginya kejujuran? Kenapa sekarang yang datang asumsi? Gw mulai goyah dengan segala keputusan yang pernah singgah dalam hati gw. Bukan karena gw, tapi karena si pelaku selain gw. Gw nyalahin dia? Ga! Bukan salah dia. Salah gw yang terlalu berani mengambil keputusan seperti itu. Salah gw yang terlalu nekat, salah gw yang ga bisa berpikir secara benar.

Bukan gw yang dia butuhin. Itu udah cukup buat gw berpikir untuk meninggalkan semua yang telah terjalin. Bukan gw yang dia butuhin. Well, gw mau nangis ketika gw menuliskan kalimat itu. Hmm, bukan mau lagi, bahkan satu dua tetes air mata gw udah mengalir. Gw rasa ini dampak dari semingguan lebih gw menahan air mata gw. Akhirnya! Ada juga air mata yang keluar untuk dia. :D

Back to the topic! Sampai sekarang gw belum berani bertindak apa-apa. Gw masih bingung apa yang harus gw lakukan. Pergi meninggalkan dia atau terus bertahan? Buat apa gw bertahan jika dia tidak membutuhkan gw? Buat apa gw bertahan? Buat apa gw bertahan jika dia sendiri tetap tidak mau bergerak dari lingkaran itu? Buat apa coba gw bertahan jika kehadiran gw cuma menganggu hidupnya? Apakah semua pertanyaan 'buat apa?' itu benar?

Baru kali ini gw nulis post di blog dalam waktu yang cukup lama (waktunya gw pake buat menangis). Gw akan pergi, menunggu dia mencegah, melakukan hal konyol (nangis), biarkan waktu yang membelai rambut gw hingga gw berhenti menangis lalu kemudian gw tersenyum karena gw tahu apa yang harus gw lakukan. Yang pasti sampai saat ini gw masih punya kekuatan untuk bertahan. Menunggu dia untuk berniat pergi dari lingkaran tanpa henti itu. Tapi entah sampai kapan. Niat saja sudah cukup.

No comments:

Post a Comment