Pages

15.6.11

Selingkuh itu


Sudah sekian tahun gw ga nulis blog. Lebay. Apa ya yang membuat gw ga nulis blog untuk beberapa waktu? Kemungkinan karena ga ada lagi yang gw galauin. Jadi sekarang galau? Kurang lebih. Lebih kurang. Lebih lebih. Kurang kurang.
Yak! Seperti biasa. Dimulai dari pertanyaan. Apakah ketidaksetiaan diukur dengan perselingkuhan? Eaaaa. Siapa sih yang selingkuh? Gw kali yang selingkuh. #eh. #ups. No! Bukannya mau menjanjikan, tapi gw adalah seorang perempuan yang jauh dari kata selingkuh. Buat gw selingkuh itu bikin capek. Capek hati. Capek jiwa dan raga. Lalu? Kenapa gw menulis tentang perselingkuhan? Hmm. Karena gw membaca tweet dari penulis kesukaan gw, Andrei Aksana. Selingkuh. Sekalinya selingkuh akan terus selingkuh. Sama aja dengan sekalinya berbohong akan terus berbohong. Kembali ke pertanyaan gw. Apakah ketidaksetiaan diukur dengan perselingkuhan? Sampai tulisan ini dibuat, gw merasa bahwa kesetiaan tidak hanya diukur dari perselingkuhan.
Buat gw, selingkuh adalah salah satu cara bahkan salah satu hal yang paling besar konsekuensinya yang ditimbulkan oleh ketidaksetiaan. Mulainya hanya dari kebosanan. Itu biasanya. Lalu, muncul keinginan untuk memiliki orang lain lagi. Omongan gw mulai ngaco. Gw benar-benar galau. Galauin apa, juga gw ga tau. Yang pasti ketidaksetiaan bukan hanya dari perselingkuhan. Ketidaksetiaan biasanya berawal dari kebohongan. Sepertinya gw sudah membohongi seseorang. Diri gw sendiri mungkin.