Pages

12.1.12

pikiranku

Perjalanan ini sungguh mengasyikan. Pasalnya aku mencoba untuk melihat segala sesuatu dari luar. Out of the box. Keluar dari zona nyamanku. Melihat sekeliling yang mungkin kurang beruntung dariku. Sejauh mana aku mengeluh dan meminta selama ini? Apalah artinya aku mengeluh jika yang aku keluhkan itu adalah setitik bagian dari hal yang harus aku syukuri? Jadi apakah harusnya aku mengeluh? Tidak. Ada seorang pengamen. Bersuara merdu. Menyanyikan lagu close to you. Salah satu lagu kesukaanku. Kami saling pandang. Seakan-akan antara dia dan aku ada ikatan yang tersembunyi. Tapi wajahnya memang tidak lagi asing buatku. Ada semacam dejavu yang mampir dalam ingatanku ketika melihat wajahnya yang manis. Perlu diketahui bahwa si pengamen ini adalah perempuan. Ketika aku menatap matanya ada rasa ingin menegurnya. Menyapanya. Lalu mengobrol. Tentang apa saja. Aku merasa kami saling cocok dan nyambung satu sama lain. Padahal kami sama sekali belum pernah bertegur sapa. Namanya saja aku tidak tahu. Walaupun ini bukan kali pertama aku mendengar suaranya. Beberapa bulan lalu ketika aku juga naik kereta dari bogor ke jakarta, ada mereka yang menghibur penumpang. Seingatku mereka menyanyikan lagu kesukaanku yang lain. L.O.V.E. Entah ada ikatan apa antara aku dan dia. Aku hanya merasa dia tahu apa yang kusuka. Mungkin aku belum pernah bilang bahwa aku tidak pernah memberi uang kepada pengamen seperser pun. Kenapa? Karena aku merasa mereka seharusnya bisa mencari pekerjaan yang lebih layak. Tapi untuk kali ini hatiku luluh. Mereka telah membuat tanganku tergerak untuk memberi mereka uang setidaknya seribu rupiah saja. Ketika ia turun dari kereta, aku hanya mampu berdiam sejenak. Ingin rasanya aku susul dan mencari tahu, hanya sekedar namanya saja. Sampai detik ini aku masih terkesima. Masih ingin bertemu. Masih merasa aku dan dia tidak sejauh bekasi-bogor. Sepertinya bahasan mengenai pengamen ini jauh dari bahasan sebelumnya. Aku merasa keluar dari zona nyamanku ketika mendengar suara pengamen itu. Itu saja. Suaranya membuatku mengingat kembali segala keluh kesahku selama ini yang seharusnya tidak aku keluarkan. Ya. Aku kembali mengingat dua minggu terakhir aku selalu mengeluh dan mengeluh. Tugas dan tugas. Menyita pikiranku selama dua minggu terakhir ini.

11.1.12

Rasanya Melebihi Patah Hati?

Rasanya melebihi sakit patah hati. Jika kamu mencintai seorang lelaki dan dia membalas perasaanmu, rasanya akan berbunga-bunga, tidak tahu bagaimana susahnya hidup sebagai mahasiswi aktif yang mempunyai banyak tugas. Kenapa? Karena ada seorang lelaki yang setia menunggumu menyelesaikan setiap tugasmu dan memberi semangat agar kamu tetap ada dijalur yang tepat untuk kuliahmu. Bagaimana dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan? Apakah sama dengan cinta terbalas? Menurutku tidak. Cinta bertepuk sebelah tangan rasanya seperti patah hati. Cinta kita hanya tidak terbalaskan. Itu saja. Buat apa dibawa repot dengan embel-embel cinta harus memiliki.
Semua perasaan itu hanya tentang cinta lawan jenis yang tidak mempunyai dasar apa-apa. Bagaimana jika dasarnya adalah persahabatan? Banyak sekali persahabat antara lelaki dan perempuan. Bagaimana jika salah satu dari mereka menyukai sahabatnya? Apakah salah jika seorang sahabat menaruh harapan lain dengan sahabatnya? Atau itu hanya sebuah ilusi perasaan yang dirasakan pada seorang sahabat yang memang sudah sangat dekat? Persahabatan tentu memiliki dasar saling menyayangi. Persahabatan juga sudah pasti saling mengerti dan memahami. Tapi bagaimana kita bisa tahu pengertian dan pemahaman itu hanya sebatas persahabatan?
Rasanya lebih sakit daripada patah hati. Mencintai seorang lelaki yang ternyata adalah sahabat karibmu, itu rasanya lebih sakit daripada patah hati. Kenapa? Karena ada embel-embel persahabatan yang tidak bisa diganggu gugat untuk bisa lebih dari seorang sahabat. Cinta tak harus memiliki, cinta bertepuk sebelah tangan. Lewat semualah perasaan seperti itu. Kami tidak terhalangi oleh ras, keyakinan, atau orang tua. Kami hanya dibatasi oleh sebuah kata yaitu persahabatan. Mungkin saja kami bertepuk sebelah tangan. Mungkin saja apa yang kami rasakan tidak juga dirasakan oleh sahabat kami. Tapi kami yakin cinta seorang sahabat akan lebih mudah dimengerti.
Perjuangan kami para pencinta sahabat tidak hanya sekedar pendekatan selama sebulan atau dua bulan. Perjuangan kami minimal satu tahun untuk menumbuhkan perasaan yang kami rasakan untuk sahabat kami. Mungkin semua akan selesai jika salah satu diantara kami bertindak tegas jika tidak memiliki perasaan yang sama dengan kami. Tetapi menjadi suatu masalah jika kami tidak ingin menyakiti perasaan sahabat kami jika kami berbiacara yang sebenarnya kepada sahabat kami. Akan menjadi masalah jika perasaan ini terus terpendam dan akhirnya menjadi sebuah penantian tanpa akhir. Dan mungkin saja akhir dari masalah ini adalah kami mempunyai pasangan masing-masing yang memang tidak bisa diganggu gugat lagi. Banyak penyelesaian yang bisa digunakan, tetapi tidak semudah dan secepat itu kami selesaikan. Ingat, cinta yang kami tanam adalah cinta terhadap sahabat kami yang tidak ingin kami sakiti hatinya. Yang jika ia menangis, membuat kita menangis juga. Yang tidak akan pernah kita lupakan setiap waktu yang pernah terlewatkan bersama. Yang selalu ada jika kita butuh senyumannya atau bahkan tangisannya. Yang tidak ingin jauh dan mengecewakannya dengan pilihan kita yang salah. Yang selalu ada jika kita ingin mengeluh. Yang selalu mendukung setiap jengkal langkah kita. Yang memang selalu menghapus setiap tetes air mata kita. Yang bisa melengkapi pekerjaan kita. Yang bisa diajak untuk mengerjakan tugas. Yang. Yang. Yang. Yang…
Yang tidak akan pernah letih untuk terus menyayangi kita, walau kita sudah memiliki dan dimiliki orang lain.




-Arsip 1 tahun lalu-